Suntikan Silikon

SUATU malam Markasan main ke rumah Kang Lantip. Dia dari desa sebelah. Sehari-hari dia menekuni profesi sebagai tukang cukur. Berbagai model potongan rambut dia kuasai dengan ciamik. Keahliannya mencukur bahkan sudah kondang kaloka sak kecamatan.
Meski usianya sudah menyentuh angka 45, Markasan masih setia membujang. Masih kepengin merdeka, katanya. Padahal, adiknya sudah punya mantu dan baru saja punya cucu. Karenanya, kawan-kawannya acap meledek kalau jodohnya sudah mati dalam kandungan sehingga sampai akhir hayat pun dia takkan pernah menikah.
Menikah, siapa pun tahu, kalau salah satu tujuannya supaya bisa kenthu. Nah, untuk urusan satu itu, Markasan memilih untuk jajan jemblem-nya lonthe kompleks atau lonthe panggilan atau salah satu pelanggan perempuannya yang kebetulan punya tabiat nakal. Asal cocok sama seleranya, dia takkan segan merogoh kocek dalam-dalam. Umpama lagi bepergian ke suatu tempat, satu program penting takkan dia lewati, yaitu wisata lendir dan jelajah lokalisasi.
"Opo kui, San?" tanya Mudji saat melihat Markasan mengeluarkan botol berisi cairan kekuningan dari balik jaketnya.
Markasan tak mempedulikan Mudji. Dia tenggak cairan kekuningan itu dengan nikmat hingga tinggal setengah botol. Mudji dan Kang Lantip melihat dengan takjub.
"Aaaaah ... geeerrrr. Enak tenan," kata Markasan mengakhiri minumnya. Telapak tangan kanannya mengelap bibirnya yang basah. Setelah itu, dia menyelinapkan botol ke balik jaketnya.
"Itu apa, San?" sekarang Kang Lantip yang bertanya.
"Ramuan."
"Lha iyo, ramuan opo? Kayaknya seger bener? Coba tak lihat."
Mewakili rasa penasaran Kang Lantip, Mudji bergerak cepat mencuri botol itu dari balik jaket Markasan yang ternyata resletingnya masih terbuka. Markasan geragapan, berusaha merebut botol dari genggaman Mudji. Tetapi, Mudji lekas menjauh, membuka tutup botol dan mencium isinya. Begitu bisa menebak apa isinya, Mudji cekikikan. Maklum, Mudji tahu betul seluk-beluk Markasan. Mudji juga punya kebiasaan jajan, sama seperti Markasan.
"Yongalah, San, San, tak kira apa. Binahong, to?"
"Memang kamu sakit apa, San, sampe nyangu binahong segala?"
"Nggak papa, Tip. Biar seger aja. Kerjaku kan berdiri terus seharian. Otot-otot jadi pada pegel."
"Alah, ndak mungkin. Pegel-pegel, ya, pijet."
"Dibilangin nggak percaya, to. Ngeyel kamu, Tip!"
Mudji mesam-mesem.
"Paling-paling itu, Kang, dia takut tititnya mbledhos. Iyo, ora, San? Ngaku wae!"
"Iyo, yo. Dengar-dengar, tititmu silikonan to, San? Bahaya itu!"
Markasan tak bisa mengelak. Dia cengar-cengir seperti bocah ketahuan nyolong permen.
"Gimana aku nggak takut, lha yang dulu suntik bareng aku pada kena stroke. Satu orang malah opname. Tititnya infeksi. Mangkanya, aku rutin minum binahong buat pencegahan."
"Kuapok! Kamu tak bilangin nggak mau sih."
"Kirain nggak ngefek apa-apa, Dji. Aku, yo, ngikut itu, nyuntik titit."
"Kamu yang pekok! Namanya akal-akalan mesti ngefek. Apalagi yang nyuntik cuma tukang mancing."
"Haesh, kamu itu malah mekok-mekokke aku, Dji. Teman lagi susah malah dipekok-pekokke."
"Mau gimana lagi? Mau operasi? Duitmu banyak, mau operasi?"
"Ojo sampek, Dji!"
"Opo penake punya titit gede to, San?" sela Kang Lantip.
"Weh, kamu nggak tau rasanya sih, Tip. Muanteppp! Cucuk mbayar lonthene!"
"Mantep cangkemmu, San!" sergah Mudji, "wong sekali ketanggor tititmu, besoknya pada sambat sakit kok."
Markasan ngakak. Mungkin bangga sudah berhasil bikin keok lonthe yang dia keloni.
"Opo iyo, San?"
"Ho'oh, Tip. Mirip sekok motor, e."
"Asu! Gede tenan!"
"Waktu itu suntikannya lima titik. Mangkanya, gueddi!"
"Gede, sih, gede. Tapi bentar lagi kamu nggak akan bisa ngaceng! Impoten!"
"Itu juga yang kupikirin, Dji. Mudah-mudahan nggak ya, Dji, Tip ... Gawat, e, nggak bisa ngaceng."
"Ha embuh. Itu masalahmu. Salah sendiri main suntik-suntikan."
Sekali lagi, Markasan menenggak cairan binahongnya hingga tandas. Botolnya yang kosong dia lempar ke jalan, klothak-klothak membentur aspal.
"Seger, San? Hehehehe ..." Mudji cengengesan.
Markasan menoleh.
"Jancok kamu, Dji!"

Kamar Krusek, 7 Mei 2015
Tulisan ini hasil nemu saat mengulik folder-folder di laptop. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar