Anti Tembakau Sak Dunia

Anti Tembakau Sak Dunia
SUMPAH, saya baru tahu kalau tanggal 31 Mei adalah Hari Anti Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Itupun setelah saya baca artikel di beberapa website. Aduh duh, saya tiba-tiba merasa tambah katrok dan tambah ndeso. Sebab, amat tak pantas bagi manusia dengan jatah wi-fi gratis seperti saya ketinggalan warta.
Maka, untuk mengurangi kekatrokan dan kendesoan saya, saya akan membuat postingan terkait Hari Anti Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Tentu, postingan yang tak terjamin mutunya. Wong katrok dan ndeso kok bikin postingan bermutu, imposibbellah.
Jadi, begini. Menurut Wikipedia, Hari Anti Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day) merupakan gerakan yang menyeru para ahli hisap rokok agar puasa rokok selama 24 jam serentak di seluruh dunia pada tanggal 31 Mei. Selain itu, untuk menarik perhatian dunia mengenai raja lela kebiasaan merokok dan dampak buruknya terhadap kesehatan. Dari namanya saya haqqul yakin kalau pencetusnya adalah orang-orang atau lembaga yang tidak merokok. Tetapi, saya melihat ada ketidakberesan. Lha, katanya anti tembakau, kok yang jadi sasaran tembak para ahli hisap rokok saja. Tidak adil noh! Harusnya mbah-mbah yang hobi nginang juga kena dor. Mereka kan pakai bako susur (bahasa Indonesianya apa, ya?).
Seperti biasa, setiap ada hari peringatan pasti ada demo. Untuk demo Hari Anti Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day), sesuai yang saya baca, berlangsung aman dan damai. Soal pro rokok dan kontra rokok, biasalah. Hanya saja, saya pikir mereka salah tempat dan salah aksi. Yang pro, mbok jangan cuma orasi dan angkat-angkat tulisan saja. Bagi-bagi rokok gratis dong, biar tidak no action talk only. Terus, udhut bareng-bareng, ngopi bareng-bareng, so pasti demonya gayeng. Sedangkan yang kontra, demo ke pabrik rokok, juragan tembakau dan petani tembakau saja agar suara hati sampeyan terdengar langsung. Lha, kalau cuma demo di tempat-tempat umum mana bisa mereka dengar. Tambah sip kalau sampeyan yang kontra sudi bikin inovasi tembakau sebagai subtitusi rokok. Jangan mahal-mahal harganya lho! Hari gini inovasi kok mahal, kuno!
Terlepas dari pro-kontra tersebut, jujur, saya adalah ahli hisap rokok (nulis postingan ini saja saya sambil ngerokok dan ngopi). Meski demikian, saya punya pengertian dan toleransi yang tinggi. Misalnya, tidak merokok saat isi bensin, saat bersama anak-istri dan saat berada di ruangan ber-AC. Melihat orang terganggu oleh asap rokok, saya juga lekas-lekas nyeccek rokok, matiin rokok. Perkara nanti sepi, ya, saya sulut kembali puntung rokoknya. Eman-eman, e, masih panjang.
"Merokok merugikan kesehatan, Mas!"
Iya, saya tahu. Selain kesehatan, juga merugikan isi kantong.
"Kenapa masih merokok?"
Asal sampeyan tahu, orang mau berhenti merokok harus nunggu hidayah. Kalau cuma peringatan MEROKOK MERUGIKAN KESEHATAN atau bahkan MEROKOK MEMBUNUHMU dengan gambar-gambar njijiki mah tidak akan menginsyafkan ahli hisap rokok. Tentang hal ini, saya punya cerita, asli bukan rekayasa. Ceritanya, saya punya tetangga. Rumah beliau sekitar limapuluh meteran dari rumah saya. Saya memanggil beliau Pakdhe Addus. Beliau mengidap penyakit yang rentan akan asap rokok, yaitu mengguk alias asma kambuhan. Belasan kali ke dokter, belasan kali kali pula dokter bilang, "Settop ngerokoknya, Pak!" Istri, anak, mantu dan cucu-cucunya pun wanti-wanti agar menyudahi kebiasaan merokok. Tetapi, beliau selalu menjawab, "Lebih baik sakit, ketimbang saya berhenti ngerokok." Soal mati, menurut beliau, soal takdir. Orang tidak merokok pun bisa sakit dan pasti akan mati.
Anti Tembakau Sak Dunia
Di atas, saya juga mengatakan merokok dapat merugikan isi kantong. Tetapi, bagi ahli hisap rokok lagi-lagi bukan problem serius selama bisa mengendalikan berapa bungkus / batang rokok yang akan dihabiskan dalam sehari-semalam sambil menunggu hidayah no smoking. Mereka juga mesti pandai-pandai menyisihkan pendapatan; mana untuk rokok, mana untuk belanja, mana untuk tabungan dan mana untuk anak-istri. Selain itu, sebagaimana yang dikatakan oleh antek-antek saya, sering kali rokok itu sudah ada rejekinya sendiri. Istilah proseduralnya, sudah ada uang rokoknya. Contoh, ketika orang menyuruh saya untuk ngedit foto, bikin undangan atau bantuin bikin makalah, selain ngasih upah berupa uang, dia juga ngasih uang khusus untuk beli rokok.
"Halah, dasar tukang udhut kebanyakan alasan!"
Tolong, do'akan saya dapat hidayah, ya. Pliiiiss, jangan cuma menghujat! Lagian, percuma menghujat. Lha wong ahli hisap rokok itu ngeyelan. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
Nah, sebelum saya akhiri postingan, saya juga tidak mau kok generasi masa depan nyandu rokok. Cukup kami-kami ini saja, generasi jago kapuk tak tahu diri. Sayangnya, muda-mudi sekarang malah pada udhat-udhut, klepas-klepus supaya kelihatan gaul dan keren. Ealah, apa mereka tidak tahu kalau abab dan keringat saya bau tembakau, ya? Saya sendiri sampai hoek-hoek nyium ketek. Padahal, saya rajin mandi, gosok gigi, kumur-kumur pakai Listerine yang mbledhos dalam mulut itu dan pakai deodorant. Jadi, buat genduk-genduk dan thole-thole tersayang, kagak usah ngerokok dan jangan ketipu iklan-iklan rokok dengan pemeran gagah lagi sukses itu. Lebih-lebih, kalian masih minta duit orang tua. Mambu bako kok keren! Bikin boyband atau girlband saja, itu baru keren.
Sudah dulu, ya. Kapan-kapan ketemu lagi. Yuk, cerio!
Sleddddduppppp, ssssssshhhhh, puuuussssssh ... Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Kamar Krusek, 31 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar